BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bumi,
planet yang kita tinggali ini bila dilihat dari luar angkasa tampak halus, rata
dan bulat sempurna. Padahal bila dilihat lebih dekat, akan tampaklah bahwa
permukaannya sama sekali tidak rata. Ada yang menonjol ke atas, menjorok,
berliuk-liuk, dan lain sebagainya. Pada lapisan di bagian luarnya, kita akan
menemukan berbagai penampakan bumi, misalnya saja gunung, lembah, bukit, dan
dataran. Sama halnya dengan di laut, bila dilihat lebih jauh maka kita akan menemukan
bentuk yang beragam. Keberagaman seperti itu tidak langsung terbentuk begitu
saja. Akan tetapi ada proses besar yang menyertainya. Permukaan bumi (inti
bumi, kerak bumi dan mantel bumi) terbentuk setidaknya melalui dua macam
proses, yaitu proses internal (yang berasal dari bumi) dan proses eksternal
(yang terjadi di permukaan bumi).
Lithosfer yang akan menjadi pembahasan kita, merupakan bagian dari
permukaan bumi yang terdiri dari kerak bumi dan mantel bagian atas. Bagaimana
proses pembentukannya hingga bisa menghasilkan bentuknya yang beragam seperti
sekarang? Berawal dari kenyataan di atas maka kami akan mengupasnya pada
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan Lithosfer?
2. Bagaimana
proses terbentuknya lithosfer?
3. Faktor
apa saja yang menyebabkan proses terbentuknya lithosfer?
4. Bagaimana
proses terjadinya gunung api?
5. Apa
manfaat gunung api bagi kehidupan?
6. Bagaimana
proses terjadinya gempa bumi?
7. Bagaimana
proses terjadinya tsunami?
8. Bagaimana
proses pembentukan bahan tambang?
9. Apa
saja ayat al-Quran yang relevan dengan topik lithosfer?
C. Manfaat Pembahasan
Adapun
tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan Lithosfer.
2. Mengetahui
bagaimana proses terbentuknya lithosfer.
3. Mengetahui
faktor apa saja yang menyebabkan proses terbentuknya lithosfer.
4. Mengetahui
bagaimana proses terjadinya gunung api.
5. Mengetahui
apa manfaat gunung api bagi kehidupan.
6. Mengetahui
bagaimana proses terjadinya gempa bumi.
7. Mengetahui
bagaimana proses terjadinya tsunami.
8. Menjabarkan
bagaimana proses pembentukan bahan tambang.
9.
Mengaitkan
konsep lithosfer dengan ayat Al-Qur’an.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Litosfer
Bumi tersusun
atas beberapa lapisan yaitu pertama lapisan Barisfer merupakan lapisan inti, kedua Lapisan Asthenosfer Mautle
merupakan bahan cair bersuhu tinggi, ketiga lapisan Lithosfer merupakan lapisan
paling luar yang terletak diatas lapisan Asthenosfer Mautle dengan ketebalan
1.200 Km dan berat jenis rata-ratanya 2,8 gr/cm3.
Litosfer berasal dari bahasa Yunani yaitu Lithos
yang berarti batu dan Spere yang
berarti padat atau lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan batuan (the stone sphere). Litosfer adalah kulit
terluar dari planet berbatu. Pada lapisan ini umumnya terjadi dari senyawa
kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering
dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 35 Km.
Tebal kulit bumi
tidaklah merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal dari
bagian samudra. Litosfer merupakan lapisan yang tipis, jika kita bandingkan
kulit bumi yang keras seolah-olah cangkang telur, sedangkan di bawah litosfer
terdapat lapisan-lapisan yang kental, panas dan tebal yang disebut astenosfer
seolah-olah putih telurnya. Litosfer terbentuk dari beberapa mineral yang
disebut silikat yang merupakan gabungan antara oksigen dan silikon. Selain itu
terdapat senyawa lainnya, sebagai berikut:
Tabel 1. Konsentrasi unsur-unsur utama pada kerak bumi
(Litosfer)
No
|
Unsur
|
Rumus Kimia
|
Berat (%)
|
1
|
Oksigen
|
O
|
46,60
|
2
|
Silikon
|
Si
|
27,72
|
3
|
Alumunium
|
Al
|
8,13
|
4
|
Besi
|
Fe
|
5
|
5
|
Kalsium
|
Ca
|
3,36
|
6
|
Sodium
|
Na
|
2,83
|
7
|
Potassium
|
K
|
2,59
|
8
|
Magnesium
|
Mg
|
2,09
|
9
|
Titanium
|
Ti
|
0,44
|
10
|
Hydrogen
|
H
|
0,14
|
11
|
Posfor
|
P
|
0,12
|
12
|
Mangan
|
Mn
|
0,10
|
13
|
Sulfur
|
S
|
0,05
|
14
|
Carbon
|
C
|
0,03
|
(Sulistiawati.
2008. Pdf)
Menurut
penyusunnya litosfer terdiri dari dua bagian yaitu:
1.
Lapisan sial yaitu lapisan kulit
bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk
SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium
dan alumunium) terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan
metamor, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak
bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35 km. Kerak bumi ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
Ø Kerak benua
: merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian atasnya dan
batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua.
Ø Kerak
samudra : merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada bagian
atas, kemudian di bawahnya batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari
batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra.
2.
Lapisan sima (silisium magnesium)
yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam silisium dan magnesium dalam
bentuk senyawa SiO2 dan MgO, lapisan ini mempunyai berat jenis yang
lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu
mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat
elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km.
Batuan pembentuk litosfer didefinisikan sebagai semua bahan yang
menyusun kerak bumi dan merupakan suatu kumpulan mineral-mineral yang telah
menghablur. Batuan/batu merupakan sejenis bahan yang terdiri dari mineral dan
di kelaskan menurut komposisi mineral. Litosfer merupakan lapisan kerak bumi
yang paling atas yang tersusun oleh batuan dan mineral. Induk segala
batuan adalah magma. Magma adalah batuan cair dan pijar yang bersuhu tinggi dan
mengandung berbagai unsur mineral dan gas.
Berdasarkan
proses terjadinya pada litosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
1.
Batuan
Beku
Batuan beku terbentuk dari magma
yang mengalami pendinginan dan zat cair pijar berangsur-angsur menjadi dingin
dan beku. Batuan beku terdiri dari tiga bagian:
Ø Batuan beku
dalam (plutonik)
Hasil pembekuan magma didalam litosfer, sehingga proses pendinginannya
sangat lambat. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diotit, dan gabbro
Ø Batuan beku
korok (porfirik)
Pembekuannya berlangsung lebih cepat karena magma telah meresap diantara
lapisan-lapisan litosfer. Batuan beku korok terjadi dari magma yang membeku di
lorong antara dapur magma dan permukaan bumi.
Ø Batuan beku
luar (episif)
Magma berubah menjadi larva yang meleleh, dan proses pembekuan larva di
permukaan bumi menjadi cepat.
Tekstur batuan beku dapat di kelompokan menjadi 3
jenis sebagai berikut:
·
Faneritik, yaitu
kondisi batuan dalam bentuk kristalin.
·
Forfiritik, yaitu
kondisi tekstur batuan yang mengandung fenikris (Kristal besar) yang terikat
dalam massa dasar yang halus.
·
Afanitik, yaitu
meninggalkan batuan dalam susunan Kristal butir halus atau seluruhnya berupa
benda gas.
2.
Batuan
Sedimen (Endapan)
Batuan Sedimen berasal dari batuan beku
yang telah tersingkap oleh tenaga dari luar akan diangkut ke tempat lain dan di
tempat baru itulah lalu diendapkan. Batuan ini merupakan batuan yang terbentuk
oleh proses geomorfologi dan dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen berdasarkan proses
pembentukannya dibedakan menjadi tiga yaitu:
Ø Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik. Batuan
sedimen klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari
material-material yang mengalami proses transportasi. Sedimen klastik juga berupa campuran hancuran batuan beku. Contohnya breksi,
konglomerat dan batu pasir.
Ø Sedimen non-klastik yang terbentuk oleh proses kimiawi.
Batuan sedimen kimia tersebut melalui proses presipitasi dari larutan atau berupa endapan dari suatu pelarutan.
Sedimen non-klastik dibedakan atas dasar komposisinya. Sedimen non-klastik yang
utamannya adalah batu gamping atau dolomite. Batuan non-klastik sebagai hasil
evaporit (menguap), antara lain batu garam, denhidrit, dan gypsum, sedangkan
dari unsur organic adalah batu bara. Contoh batuan sedimen kimiawi
(non-klastik) antara lain travertine, stalagmite, stalagtit, batu kapur
dan batu giok.
Ø Sedimen Organik.
Batuan sedimen organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup.
Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama yaitu pelapukan batuan lain
(clastic), pengendapan (deposition) karena aktifitas biogenic, dan pengendapan
(precipitation) dari larutan. Sedimen
organic berupa endapan sisa sisa hewan dan tumbuhan laut contohnya batu gamping
dan koral.
Berdasarkan tenaga yang mengangkutnya, batuan sedimen dibagi menjadi 4
bagian berikut:
·
Batuan sedimen aeris atau Aeolis,
apabila pemindahan disebabkan oleh angin. Contohnya tanah loss.
·
Batuan sedimen glacial, apabila
pemindahan disebabkan oleh gletser. Contohnya batu konglomerat.
·
Batuan sedimen aquatic, apabila
pemindahan disebabkan oleh air. Contohnya lumpur.
·
Batuan sedimen marine, apabila
pemindahan disebabkan oleh air laut.
Gambar 1. Salah satu batuan Sedimen
3.
Batuan
Malihan (Metamorf)
Batuan
metamorphosis atau batuan metamorf merupakan batuan induk yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat
perubahan kondisi fisika tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur. Batu
kuarsit merupakan perubahan dari batu pasir. Beberapa contoh batuan metamorf
adalah gneiss, batu sabak, batu marmer, dan skist. Batuan Malihan atau batuan
metamorf merupakan batuan yang berubah bentuk. Contohnya
kapur (kalsit) berubah menjadi marmer atau batuan kuarsa menjadi kuarsit.
Batuan
metamorf menyusun sebagian besar dari kerak bumi dan digolongkan berdasarkan
tekstur dan dari susunan kimia, serta mineral (fasies metamorf). Mereka
berbentuk jauh di bawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan di
atasnya serta tekanan dan suhu tinggi.
Gambar 2. Salah satu batuan Malihan
Litosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan memiliki manfaat yang sangat besar
bagi kehidupan di bumi. Litosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi
manusia, hewan dan tanaman. Manusia
melakukan aktifitas di atas litosfer. Selanjutnya
litosfer bagian bawah mengandung bahan bahan mineral yang sangat bermanfaat bagi manusia. Bahan-bahan
mineral atau tambang yang berasal
dari litosfer bagian bawah diantaranya minyak bumi, gas, emas, batu bara, besi, nikel dan timah.
B.
Gunung
Berapi
Gunung api terbentuk akibat adanya pergerakan
antar lempeng, ada empat pergerakan tersebut yang membuat gunung api
berbeda-beda. Pertama akibat pemekaran kerak benua, yaitu lempeng
bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke
permukaan, kemudian membentuk busur gunung api tengah samudera. Kedua akibat tumbukan
antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua.
Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan
ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunung api di
tepi benua. Ketiga diakibatkan oleh Kerak benua menjauh satu sama lain
secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau
rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga
membentuk busur gunung api tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. dan
terakhir akibat Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng yang memberikan
kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini
merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunung api perisai. (Anonim. 2010.Pdf)
Pada intinya gunung
berapi terjadi karena adanya beberapa mineral yang bereaksi menimbulkaan panas.
Panas dalam bumi akhirnya membentuk dapur magma. Magma adalah cairan silikat
pijar yang panas. Silikat pijar pada Magma terdiri dari bahan padat (batuan),
cairan, dan gas yang berbeda di dalam lapisan kulit bumi (litosfir). Gas yang
terkandung dalam magma antara lain: uap air, Oksida Belerang (SO2), Gas
Hidrokarbon atau Asam Klorida (HCL), Gas Hidrosulfat atau Asam Sulfat (H2SO4). Menurut hasil penelitian magma bertemperatur 1000 – 12000 C, pada kedalaman 25 hingga 30 mil dari permukaan bumi.
Adapun Struktur gunung api terdiri dari: Dapur Magma,
Kepundan
yaitu pipa yang besar ke puncak gunung
api,
Lelehan
lava, terjadi saat gunung api meletus, Rekahan dan graben/ patahan pada tubuh
gunungapi yang memanjang, lubang kepundan dan Kawah.
Gambar 3. Struktur Gunung Berapi
Sebelum
gunung api meletus ada beberapa tanda-tanda diantaranya adalah suhu di sekitar
gunung meningkat, mengeluarkan suara gemuruh dan kadang kadang disertai getaran
(gempa), kemudian tumbuhan di sekitar gunung layu, dan binatang di sekitar
gunung bermigrasi. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di
dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Kekuatan
letusan gunung berapi berbeda-beda tergantung kedalaman dan besar dapur magma. Ada dua bentuk gerakan magma yang
berhubungan dengan vulkanisme, yaitu intrusi magma dan ekstrusi magma.
Intrusi magma merupakan
terobosan magma yang mendorong lapisan litosfira, tetapi tidak sampai ke
permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan menjadi empat yaitu; Sill
merupakan magma menyusup dan membeku antara dua lapisan batuan secara mendatar
searah lapisan batuan, Lakolit merupakan magma menyusup di antara lapisan bumi
paling atas dengan bentuk cembung, Gang (korok) merupakan magma yang menyusup dan
membeku di sela-sela lipatan, dan diaterma merupakan lubang (pipa) di antara
dapur magma seperti silinder memanjang. (Anonim. 2010. Pdf)
Gambar 4.
Intrusi magma
Ekstrusi magma (erupsi)
merupakan proses keluarnya magma sampai kepermukaan bumi dengan mengeluarkan
material seperti;
Ø Erupsi
efusif, letusan gunungapi yang mengeluarkan bahan cair
yaitu:
·
Lava,
merupakan magma yang keluar dan mengalir di permukaan bumi.
·
Lahar merupakan material campuran
antara lava yang panas dengan material di permukaan bumi, seperti; batu besar,
pasir, kerikil, debu dan lain-lain dengan air sehingga membentuk lumpur.
Ø Eruspi
Eksplosif, letusan gunung api dengan ledakan serta
mengeluarkan bahan-bahan padat yaitu Eflata dan Piroklastika merupakan
material padat, seperti; Bom, Lapili,Kerikil dan debu. dan juga mengeluarkan Ekhalasi
berupa gas yang dikeluarkan gunung api saat meletus.
Berdasarkan
proses terbentuknya gunung berapi dibedakan menjadi:
Ø
Gunung api
strato, merupakan gunung api yang mengalami beberapa kali letusan,
sehingga berbentuk kerucut dan batuannya berlapis-lapis. Tersusun dari batuan
hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan
susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk
suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena
letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunungapi kerinci, Tangkubanparahu,
Merapi, Ceremai, Semeru, Batur.
Gambar 5.
Gunungapi Strato (kerucut)
Ø Gunung api maar merupakan
gunungapi dengan letusan eksplosif yang tidak terlalu kuat dan terjadi hanya 1 kali,
seperti : Gunungapi Lamongan, Galunggung.
Gambar 6.
Gunungapi Maar
Ø Gunungapi
perisai (Shield Volcanoes), merupakan letusan gunungapi secara efusif,
sehingga cairan lava dan lahar lama membeku, karena itu memiliki dasar yang
luas dengan lereng tidak curam, seperti; Gunungapi Kalileau, Mamaleau di Kep.
Hawaii. Gunung api Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat
diendapkan masih cair, sehingga ini tidak sempat membentuk suatu kerucut yang
tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari
batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di
kepulauan Hawai.
Gambar 7.
Gunungapi perisai
Ø Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan
pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar
gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas
500 meter dari tanah di sekitarnya.
Gambar 8.
Gunungapi Cinder Cone
Ø Kaldera. Gunung
berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung
atas gunung sehingga membentuk cekungan akibat dari letusan eksplosif. contohnya
adalah Gunung Bromo.
Gambar 9.
Gunungapi Kaldera
Dari beberapa gunungapi, baik dari kedalaman magma,
volume dapur magma, dan kekentalan (Viscositas) magma, maka letusan
gunung api dibagi menjadi beberapa tipe yaitu sebagai berikut:
1)
Tipe Hawaii. Letusan efusif dengan mengeluarkan lava
cair dan mengalir di permukaan gunungapi (letusan air mancur), seperti;
Gunungapi Mauna Loa, Kalileau di Kepulauan Hawaii.)
2)
Tipe Stromboli. Letusan eksplosif dan sering terjadi
letusan kecil dengan kekuatan kecil, material yang dikeluarkan eflata, seperti;
Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa, dan Gunung Batur di Bali.
3)
Tipe Vulkano. Letusan ini bersifat efusif dengan
mengeluarkan cairan magma kental, dapur magma dari dangkal sampai dalam,
sehingga tekanan yang terjadi sedang sampai tinggi, seperti; Contoh, Gunung
Semeru di Jawa Timur.
4)
Tipe Perret. bersifat eksplosif yang besar,
sehingga mengeluarkan material padat dan gas yang sangat tinggi dan membentuk
awan menyerupai bunga kol di ujungnya, seperti; letusan Gunung Krakatau (1883).
Awan yang terbentuk letusan ini setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat,
menyebabkan puncak gunung tenggelam dan merosotnya dinding kawah.
5)
Tipe Merapi. Letusan bersifat eksplosif dengan
mengaluarkan bahan padat dan cair dan mengalir keluar perlahan-lahan dan
membentuk sumbat kawah. Karena tekanan gas dari dalam kuat, sehingga kawah
terangkat dan pecah-pecah bagian luarnya disertai awan panas.
6)
Tipe St. Vincent. Letusan efusif dengan mengeluarkan lava
yang kental, tekanan gas sedang dan dapur magma yang dangkal, seperti; Gunung
Kelud dan St. Vincent.
7)
Tipe Pelle. Letusan efusif dengan mengeluarkan lava
kental, tekanan gas tinggi, karena dapur magma dalam, seperti; Gunung Montagne
Pelee di Amerika Tengah
(Sulistiawati.
2008. Pdf)
Setelah
terjadi letusan, maka gunung api mengelami fase istirahat atau mati. Setelah
terjadinya letusan juga dapat menimbulkan gejala-gejala pasca letusan yang
disebut Pasca Vulkanik, seperti; Fumarol merupakan gejala pasca letusan, dimana
celah gunungapi mengeluarkan air panas dan zat lemas, Solfatar merupakan gejala
pasca letusan, dimana celah gunungapi mengeluarkan air panas yang mengandung
gas belerang, Mofet merupakan gejala pasca letusan, dimana celah gunungapi
mengeluarkan gas beracun, Geyser merupakan gejala pasca letusan, dimana celah
gunungapi mengeluarkan air yang memancar dan panas. (Sulistiawati. 2008. Pdf)
Selain memberikan dampak negatif ada pula dampak
positif yang diberikan dari letusan gunungapi. Diantaranya dapat dijadikan sumber
energi, karena sumber panas dari gunungapi yang mengeluarkan gas berupa uap air
dapat dijadikan pembangkit listrik, seperti : PLTU di Gunungapi Kamojang Jawa
Barat dan Gunungapi Dieng di Jawa Tengah. kemudian dijadikan Sumber mineral dan
bahan galian, seperti intan, timah, tembaga, belerang, batu apung, pasir, batu.
Menjadi Obyek wisata dan olahraga dan tanah mengalami pembaharuan, karena
banyak mineral yang berasal dari letusan gunungapi, sehingga tanah menjadi
subur kembali. Terbentuknya hujan orografis, karena ketinggiannya, maka angin
yang membawa uap air dipaksa naik menyebabkan terbentuknya awan yang menimbulkan
hujan serta berfungsi sebagai penangkap hujan, reservoir air dan tata air.
selain itu juga karena ketinggian yang berbeda, maka suhu, kelembaban dan curah
hujan berbeda mengakibatkan plasma nutfah yang hidup menjadi sangat bervariasi.
C.
Gempa
Bumi
Secara
etimologi, menurut Subandono (2005), Gempa merupakan peristiwa alam, terjadi
secara mendadak, timbul karena adanya pelepasan energi, sebagai akibat
pergeseran relatif batuan/lempeng tektonik/kerak bumi. Gempabumi
adalah getaran/guncangan yang terjadi pada bumi sebagai akibat tumbukan antar
lempeng, patahan/sesar aktif, aktivitas gunung api, dan runtuhan batuan. Ilmu
yang mempelajari tentang gempabumi adalah Seismologi, alat ayang digunakan
untuk mendeteksi getaran gempa disebut Seismograf, dan hasil catatan gempa
dinamakan Seismogram.
Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi dibagi menjadi:
1.
Gempabumi
Vulkanik, bersumber dalam tubuh gunungapi aktif, pada umumnya berkekuatan kecil
(maksimal 2 SR).
2.
Gempabumi
Runtuhan, diakibatkan oleh runtuhan batuan di daerah kapu karena adanya
stalaktit yang jatuh dalam gua kapur. Runtuhan di daerah tambang (runtuhnya
terowongan tambang). Kekuatan gempa berkisar antara 2-3 SR.
3.
Gempabumi
Tektonik, terjadi akibat aktivitas tektonik di zona batas antar lempeng dan
patahan yang mengakibatkan sebaran getaran ke segala arah. Kekuatan gempa dapat
mencapai skala besar hingga 9 SR (gempa di Aceh 20 Desember 2004). (Malik, 2011:1-2)
Proses
terjadinya gempa diawali dengan tumbukan antara lempeng samudera ketika menyusp
ke bawah yang rapat massa nya lebih
besar, dengan lempeng benua di zona tumbukan. Gerakan lempeng itu
mengalami perlambatan akibat dan gesekan dari selubung bumi. Perlambatan itu
menyebabkan penumpukan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di
zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. pada saat elastisitas lempeng
terlampaui terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh pelepasan energi secra
tiba-tiba dan menimbulkan getaran partikel ke segala arah yang disebut
gelombang gempa bumi.
Gambar 10. proses
gempa bumi
(Anonim. 2011. [pdf])
dalam
proses terjadinya gelombang gempa bumi, terdapat istilah-istiah sebagai
berikut.;
Ø Hiposentrum merupakan sumber gempa di dalam lapisan bumi. Dari
hiposentrum, gelombang gempa menjalar ke segala arah. Ada dua bentuk
hiposentrum yaitu garis dan titik. Hiposentrum berbentuk garis jika penyebabnya
adalah patahan kerak bumi. Hiposentrum berbentuk titik jika penyebabnya adalah
gunung api atau tanah longsor.
Ø Episentrum adalah titik atau garis di permukaan bumi yang tepat
tegak lurus di atas hiposentrum. Di sekitar episentruminilah kerusakan yang
terparah terjadi. Dari episentrum, getaran permukaan menjalar secara horizontal
ke segala arah.
Ø Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat -tempat di
permukaan bumi yang dilalui gempa pada waktu yang sama. Umunya homoseista
berbentuk lingkaran atau elips.
Ø Isoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat di
permukaan bumi yang dilalui oleh gempa yang intensitasnya sama.sehingga
tempat-tempat tersebut mengalami kerusakan yang sama. Isoseista biasanya
berbentuk lingkaran atau elips di sekitar episentrum
Ø Makroseisma adalah
daerah di sekitar episentrum yang mengalami kerusakan terhebat akibat gempa
bumi
Ø Pleistoseista adalah
garis pada peta gempa yang mengelilingi makroseisma. Isoseista yang pertama
merupakan pleistoseista.
Saat terjadi gempa material
melepaskan energi regangan elastis yang tersimpan
sebagai panas dan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang energi yang elastis merusak material
yang dilalui. Oleh
karena itu, setelah gelombang seismik
melewati tubuh bahan
bumi, tubuh bahan
kembali ke bentuk aslinya.
Gambar 11. hiposenter
dan episenter
Gelombang
seismik terdiri dari gelombang tubuh yang kompresional
atau gelombang P dan
gelombang permukaan yang menggeser atau
gelombang S.
Gelombang P bergerak keluar dalam mode bola dari
hiposenter menghasilkan serangkaian kontraksi dan
ekspansi. Selama kontraksi
jarak antara atom dalam materi bahwa gelombang
P melewati dan sebagai hasilnya ada
penurunan kecil dalam volume. Selama
ekspansi jarak antara
atom-atom dalam peningkatan materi,
dan ada sedikit peningkatan volume. Setelah gelombang P melewati secara
lengkap,
kembali bahan elastis
Bumi ke bentuk aslinya. Gelombang P dapat
melewati cairan, padatan,
dan gas. Sedangkan Gelombang S berasal luar secara bulat
dari bentuk menghasilkan hiposenter ketimbang perubahan
volumetrik dalam bahan bumi. Ketika sebuah gelombang
S melewati bumi itu
ia akan menggusur
partikel materi bumi
dalam arah tegak lurus terhadap arah
bahwa mereka bergerak. Akibatnya,
permukaan planar akan
mengambil bentuk lipatan.
Karena cairan tidak
dapat mendukung perubahan bentuk,
gelombang S tidak
melakukan perjalanan melalui materi bumi yang berada dalam
keadaan cair. (Sulistiawati. 2008. Pdf)
Gambar 12. Gelombang
P dan S
Berdasarkan
kedalaaman hiposenter, maka gempa bumi dibagi menjadi:
Ø
Gempa dalam, kedalaman hiposenter
lebih dari 300 km. Gempa ini dapat mencapai ke permukaan tetapi amplitudonya
menjadi kecil sehingga tidak berbahaya.
Ø
Gempa sedang, kedalaman hiposenter
antara 60 dan 300 km. Pada umumnya, gempa sedang jarang menimbulkan kerusakan
pada permukaan bumi.
Ø
Gempa dangkal, kedalaman hiposenter
kurang dari 60 km. Gempa dangkal sering menimbulkan kerusakan di permukaan
bumi, misalnya gempa bumi di Liwa-Lampung, sulatera pada tahun 1994.
Besaran gempa bumi ditemukan oleh Charles Francis Richter (1900-1985) bersama
dengan Geophysics lain bernama Beno Gutenberg (1889-1960). Para ilmuan tersebut
mengembangkan skala yang pada prinsipnya dapat membandingkan semua seismogram
sehingga mendapatkan gambaran tremors kekuatan
yang serupa. Skala tersebut bernama Skala Richter dan sampai sekarang diakui
sebagai standar umum skala kekuatan gempa. Skala Richter dirancang dengan
logaritma, yang berarti bahwa setiap langkah menunjukkan kekuatan yang 10 kali
lebih hebat dari para pendahulunya. 5 Skala Richter menunjukkan benturan keras,
yang 10 kali lebih kuat dari satu di 4 dan 100 kali lebih kuat dari satu di 3
Skala Richter. Perhitungan ini sering disebut sebagai Skala Richter terbuka,
karena tidak beroperasi tanpa batas atas. berikut ukuran skala richter dan
dampak yang dirasakannya.
Tabel 2. Ukuran Skala Richter dan Dampak yang
dirasakannya
Ukuran Skala Richter
|
Dampak yang dirasakan
|
1,0-3,0
|
Tidak
diberi label oleh manusia
|
3,0 – 3,9
|
Dirasakan
oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu gantung mulai goyang
|
4,0 – 4,9
|
Terasa
sekali getarannya. Jendela bergetar, permukaan air beriak-beriak, daun pintu
terbuka – tutup sendiri.
|
5,0 – 5,9
|
Sangat
sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding yang lemah pecah,
lepas dari batu bata dan permukaan air di daratan terbentuk gelombang air.
|
6,0 – 6,9
|
Batu
runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan
lemah ketekan di dalam tanah.
|
7,0 – 7,9
|
Tanah
longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan tetap,
keretakan besar di tanah, trek kereta api bengkok. Terjadi kerusakan total di
daerah gempa.
|
8,0-…
|
Dapat
menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam radius seratus
kilometer dari wilayah gempa
|
(Lowrie,
2007: 160-161)
Kepulauan
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di
lepas pantai barat pulau Sumatra, lepas pantai Selatan pulau Jawa, lepas pantai
Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku
sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di
sekitar Pulau Papua. Sementara itu pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi
di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar 3 lempeng
itu sering terjadi gempa bumi.
Berikut
ini adalah 25 daerah Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia yaitu: Aceh, Sumatra
Utara (Simeuleu), Sumatera Barat-Jambi, Bengkulu, lampung, Banten Pandeglag,
Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,
Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi tengah, Sulawesi
Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-Papua Utara,
Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur. (Anonim, 2009: 5)
D.
Tsunami
Dari segi terminologi tsunami berasal dari bahasa
jepang, Tsu yang berarti “pelabuhan”
dan Nami yang berarti “gelombang”.
Sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang
pelabuhan". Tsunami
adalah rangkaian gelombang laut dengan panjang gelombang yang sangat besar yang
disebabkan oleh terjadinya gangguan laut. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya seperti gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung
merapi
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut.
Proses terjadinya tsunami biasanya berhubungan dengan kejadian
gempa bumi. Gempa bumi ini merupakan proses terjadinya getaran tanah yang
merupakan akibat dari sebuah gelombang elastis yang menjalar melalui massa
bumi. Gelombang ini dapat bersumber dari ledakan dahsyat gunung merapi (gempa
vulkanik), runtuhan, atau dari pergerakan lempengan bumi (gempa tektonik). Dari
berbagai peristiwa yang ada, gempa tektonik yang paling banyak menjadi penyebab
dari timbulnya gelombang tsunami.
Gambar 13. tsunami
akibat gempa tektonik
Gempa
tektonik adalah terjadinya pergeseran massa bumi akibat tumbukan yang terjadi
pada lempengan bumi. Patut diketahui bahwa lempengan bumi selalu bergerak dan
berdesakan satu sama lain. Pada saat dua lempengan bumi bertemu, saat itu
terjadi penimbunan energi , kemudian terlepas dan menimbulkan getaran yang bisa
dirasakan di permukaan bumi. Peristiwa ini sering terjadi pada lempeng samudra
karena bentuknya yang lebih tipis dari lempeng benua yang selanjutnya
menimbulkan gangguan terhadap massa air laut yang ada di atasnya. Akibat dari
gangguang ini salah satunya ialah terjadinya gelombang tsunami. Tsunami yang
ditimbulkan oleh gempa bumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup
besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang
terjadi.
Gambar 14. prinsip
kerja tsunami
Gerakan vertikal
pada kerak bumi yang terjadi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika
sampai di pantai menjadi gelombang besar sehingga terjadilah tsunami.
Kecepatan
gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai
tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa
air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal
ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah
longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari
atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi tsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa
saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air bersih, lahan pertanian, dan tanah
E.
Bahan
Tambang
Bahan tambang adalah bahan dasar
batuan yang perlu diolah lebih dahulu . Dalam usaha pertambangan tentu saja tidak boleh dilakukan
sembarangan mengingat ada bahan-bahan tambang yang tidak dapat diperbarui,
maksudnya bahan tambang tersebut akan habis apabila diambil sekali dan dalam
jumlah yang besar. Berdasarkan kegunaannya, bahan tambang dapat dibagi menjadi
pertambangan bijih, energi, dan mineral.
Ø Pertambangan Bijih/Logam
Pertambangan
ini meliputi bijih besi, bauksit, timah, nikel, tembaga, emas, dan perak.
·
Bijih Besi
Beberapa macam bijih besi antara lain sebagai berikut.
§ Bijih besi lateritik terdapat di
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
§ Bijih besi magnetik hematit terdapat
di Kalimantan Tengah.
§ Bijih besi titan terdapat di Pantai
Cilacap, Pantai Pelabuhan Ratu,Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera
Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Setelah digali dan disemprot dengan air, akan
dihasilkan konsentrat besi. Pabrik pelebur besi baja Indonesia terdapat di Cilegon,
yaitu PT Krakatau Steel.
·
Bauksit (Biji Aluminium)
Bauksit merupakan mineral yang ringan,
kuat, dan tidak berkarat.Tambang bauksit dihasilkan di Kepulauan Riau, Pulau
Bintan, Pulau Bintang, dan Singkawang.
·
Timah
Timah termasuk salah satu hasil mineral yang terpenting di
Indonesia. Manfaat timah, yaitu untuk kaleng, patri, huruf cetak,tube, kertas
timah, dan lain-lain. Tambang timah terdapat di pulau Singkep, Bangka,
Belitung, dan lepas pantai di sekitarnya. Hasil tambang timah di darat disebut
timah primer, sedangkan yang di lepas pantai disebut timah sekunder. Di
Indonesia banyak dihasilkan timah sekunder dan menjadi pabrik peleburan timah
terbesar ketiga setelah Bolivia dan Malaysia.
·
Nikel
Biji nikel terdapat dalam tanah hasil pelapukan peridotit atau serpentit.
Daerah-daerah pertambangan nikel di Indonesia antara lain Pulau Mantang di
Teluk Bone, Pulau Halmahera, Pulau Gag di Irian Jaya, di sekitar Kolaka
(Sulawesi Tenggara) berpusat di Ponalo, dan Pegunungan Verbeek berpusat di
Soroako.
·
Seng
Terdapat di
beberapa daerah Indonesia, antara lain Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi
Tenggara. Pengolahan seng menjadi seng lembaran dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan swasta di kota-kota besar.
·
Intan
Tambang intan terdapat di Kalimantan Selatan, terletak di
sekitar Sungai Kusan dan Riam Kanan Kiri. Penggalian dipusatkan di Simpangempat
(dekat Martapura) oleh PN Aneka Tambang. Di samping itu, rakyat juga
melaksanakan penggalian dengan cara mendulang. Pendulangan intan oleh rakyat
yang terkenal di Cempaka I (dekat Banjar Baru). Kota Martapura merupakan tempat
penggosokan intan yang terkenal di Indonesia.
·
Tembaga
Tembaga terdapat di Cikotok (Banten
Selatan), Songkarapi (Sulawesi Selatan), dan Kompara (Irian Jaya). Tembaga yang
sudah ditambang baru terdapat di Irian Jaya, diusahakan dengan modal Jepang dan
Amerika. Bijih tembaga tersebut diolah di pabrik (di Kota Tembagapura) yang
didirikan pada ketinggian 2.600 m dan menghasilkan konsentrat dengan kadar 26%.
Konsentrat itu diangkut ke pelabuhan dekat muara Sungai Tipuka dengan saluran
pipa yang panjangnya 100 km. Tembaga banyak diekspor ke Jepang.
·
Emas dan Perak
Tambang emas dan
perak terdapat di Rejang Lebong (Bengkulu) dan Banten Selatan (Jawa Barat).
Penambangannya dilakukan oleh PN Aneka Tambang di Cikotok, kemudian diangkut ke
Jakarta, dan diolah oleh PN Logam Mulia menjadi emas/perak batang.
Ø Pertambangan
yang Menghasilkan Energi
Pertambangan ini terdapat pada minyak
bumi, gas alam, dan batu bara.
·
Minyak Bumi
Minyak bumi menurut Sujiran Resosudarmo terjadi dari plankton atau
mikroorganisme yang tertimbun berjuta-juta tahun di dasar laut. Hal ini terjadi
karena penguraian secara kimia yang tidak sempurna. Mikroorganisme yang banyak
mengandung lemak berubah menjadi lumpur busuk yang berada di antara lapisan
pasir dan tanah kedap yang disebut sapropelium. Akibat tekanan yang
semakin besar dan temperatur yang semakin tinggi maka sapropelium berubah
menjadi minyak bumi. Pertambangan minyak bumi di Indonesia ditangani oleh Per
tamina, yang dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasinya meng adakan
perjanjian kerja sama bagi hasil dengan sejumlah besar perusahaan asing.
Daerah-daerah minyak bumi di Indonesia antara lain sebagai
berikut:
a)
Jawa: daerah Delta Sungai Brantas, Cepu, dan Jatibarang,
pabrik penyulingan di Wonokromo dan Cepu.
b)
Sumatera: terdapat di Peureula - Langkat, Dataran Riau
(sekitar Pekanbaru), Jambi, dan Palembang, pabrik penyulingannya di Pangkalan
Brandan, Dumai, Plaju, dan Sungai Gerong.
c)
Kalimantan: terdapat di Pulau Bunyu dan Tarakan, sekitar
Sungai Mahakam, pabrik penyulingannya di Balikpapan.
d)
Maluku/Seram: di Bula.
e)
Irian Jaya: terdapat di Sorong dan Babo.
f)
Lepas pantai: lepas pantai sebelah timur Balikpapan (Ataka),
lepas pantai Aceh Timur, Laut Jawa (Shinta dan Arjuna), dan lepas pantai
Sumatera bagian tenggara (Zeida dan Cita).
·
Gas Alam
Gas alam dapat ditemukan bersama-sama dengan minyak bumi.
Gas alam didapatkan di lapangan minyak Arun (Aceh), Badak (di Bontang,
Kalimantan Timur), dan di Kepulauan Natuna. Sesudah dicairkan disebut LPG (Liquid
Petroleum Gas) dan LNG (Liquid Natural Gas) yang
kemudian diekspor ke Jepang, USA, dan Singapura.
·
Batu Bara
Batu bara Indonesia menurut Sujiran Resosudarmo terbentuk pada zaman tertier. Batu
bara terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang tertimbun di dalam tanah selama
berjuta-juta tahun. Semakin tuaumur batu bara kadar bakarnya juga semakin
tinggi. Batu bara yang terbentuk pada zaman karbon merupakan batu bara yang
bermutu tinggi, sedangkan yang terbentuk pada zaman tertier mutunya kurang baik
dan disebut batu bara muda.
Daerah-daerah pertambangan batu bara di Indonesia, yaitu
sebagai berikut.
a)
Pertambangan Bukit Asam (Sumatera Selatan), di sepanjang Sungai Lematang,
Pusatnya Tanjung Enim.
b)
Pertambangan Umbilin (Sumatera Barat) dengan pusatnya di Sawahlunto. Cadangan
batu bara ditemukan pula di Sungai Berau (Kalimantan Timur), Pulau Laut,
Lampung, dan muara Bungo (Jambi).
Ø Pertambangan
Mineral Industri
Macam-macam pertambangan mineral industri di antaranya
sebagai berikut.
·
Batu kapur
Terdapat pada pegunungan kapur di Pulau Jawa, Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali bagian selatan, dan Irian Jaya
bagian selatan. Batu kapur juga dapat diambil dari batubatu karang di dasar
laut dangkal di dekat pantai. Cara pengambilan batu kapur dan karang pantai
digali, kemudian diangkut hasilnya. Batu kapur yang digunakan sebagai bahan
bangunan harus dibakar lebih dahulu.
·
Yodium, banyak ditemukan di dekat Mojokerto dan Semarang.
·
Belerang, banyak terdapat di Gunung Welirang (Jawa Timur)
dan Gunung Patuha (Jawa Barat).
·
Tanah liat, yaitu tanah yang banyak mengandung liat (65%).
Butirbutirnya sangat halus sehingga rapat dan sulit merembeskan air. Tanah ini
banyak terdapat di dataran rendah di Pulau Jawa dan Sumatera.
·
Kaolin, Terdapat di Bangka, Belitung, dan Sulawesi utara.
Hasil tambang ini diolah dalam industri keramik di beberapa kota.
·
Pasir Kuarsa, banyak ditemukan di tempat-tempat penggalian
pasir kuarsa terdapat di Bangka, Belitung, dan Jawa timur (Madura). Pasir
kuarsa diolah lebih lanjut di pabrik-pabrik untuk bahan membuat kaca, piring,
dan gelas.
·
Batu Granit, banyak ditemukan dan diolah di Pulau Karimun
(Riau), kemudian diangkut ke Dumai dan Pulau Batam.
BAB III TINJAUAN AYAT
AL QUR’AN
Litoshfer
Ayat –ayat yang berkaitan dengan lapisan lapisan bumi
adalah sesuai dengan Surat Ath Thalaaq ayat 12 yaitu
“Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Kalau lebih dirinci lagi, struktur bumi ini ada tujuh
lapis tujuh lapis, 1) tanah tempat kit bermukim, 2) litosfer, 3) Astenosfer, 4)
Mantel bagian luar, 5) Mantel bagian dalam, 6) Inti luar dan 7) Inti dalam, sesuai
dengan surat di atas
Gempa
Bumi dan Tsunami
Menurut Bakornas (2005) menjelaskan
penyebab gempa adalah pergerakan kulit lempeng bumi. Pergerakan lempeng ini
dalam Al Quran dijelaskan dalam :
Surat Al Ghosyiyah ayat 20 yakni,
“Apakah mereka (orang-orang kafir)
tidak melihat bagaimana bumi (daratan) dibentangkan (dipisahkan) satu dengan
yang lainnya”.
Tentang
panas dipusat bumi(magma); dijelaskan dalam Surat Ath-Thur ayat 6, yakni
“Dan laut yang di dalam tanahnya ada api”. Akibat
adanya panas dipusat bumi maka cairan ada diatasnya akan mendidih, sehingga
lempeng benua dan lempeng samudera akan mengapung di atas astenosfir dan
mengalami pergerakan.
Fenomena
terjadinya patahan dan
terbentuknya gunung-gunung api;
·
Surat Ar Ra’du ayat 41
“dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya
Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi
daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah
menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak
ketetapan-Nya; dan Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya”.
·
Surat An Naba ayat 6
·
Surat An Naba ayat 7
yakni “Bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai
hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?
.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa lapisan litoshfer merupakan lapisan bumi yang paling luar
yang terdiri dari bebatuan. pada lapisan ini terdapat bagian-bagianya yang
dapat membentuk gunung berapi, dan kaya akan bahan tambang. Ganggguan pada
lapisan ini dapat berupa gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi merupakan
goncangan yang terjadi
pada bumi sebagai akibat tumbukan antar lempeng, patahan/sesar aktif, aktivitas
gunung api, dan runtuhan batuan. Sedangkan
tsunami itu merupakan gelombang yang sangat besar dan disebabkan oleh
terjadinya gangguan laut, gangguannya itu dapat disebabkan oleh gempa bumi,
tanah longsor, letusan gunung berapai maupun meteor jatuh. akan tetapi pada
umumnya gempa bumi itu disebabkan oleh gangguan lempeng tektonik atau gempa
bumi.
B. Saran
Saran
penyusun terhadap Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami konsep dasar
lithosfer beserta pembahasan lainnya dengan sebaik-baiknya. Adapun kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, diharapkan agardiperbaiki dan dilengkapi bersama dalam sebuah diskusi
kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Lowrie,
William. 2007. Fundamentals of Geophysics Second Edition. New York: Cambridge
University Press
Malik,
Yakub. 2011. Gempa Bumi [pdf]. Tersedia.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-YAKUB_MALIK/HANDOUT_GEMPABUMI.pdf diakses pada tanggal 29 Maret 2013 pukul 5:29
Anonim.
2009. Buku Gempabumi dan Tsunami [pdf]. Tersedia. http://blog.fitb.itb.ac.id/usepm/wp-content/uploads/2009/10/buku-gempabumi-dan-tsunami.pdf
pada tanggal 29 Maret 2013 pukul 5:13
Anonim.
2013. Earthquakes Lab 10 [pdf]. Tersedia.
http://www.geology.sdsu.edu/visualgeology/geology101/Geology101Labs/earthquakesLab10.pdf pada tanggal 29 Maret 2013 pukul 5:45
Anonim.
2011. Proses Terjadinya Tsunami. Tersedia. http://duniatehnikku.wordpress.com/2011/03/15/proses-terjadinya-tsunami/pada
tanggal 5 April 2013 pukul 5:45.
Anonim.
2010. Gempa dan Tsunami suatu tinjauan al quran dan teori.
Tersedia. http://myzone.okezone.com/content/read/2010/10/15/3518/gempa-dan-tsunami-suatu-tinjauan-al-quran-dan-teori.
pada tanggal 5 April 2013 pukul 5:45.
Anonim.
2010.
Hand_Out Gunung Api [pdf] .Tersedia di geografi.upi.edu/HD-GRI.pdf. pada
tanggal 5 April 2013 pukul 5:45.
Anonim.
2011. Bab Lithosfer [pdf]. Tersedia di http://www.sith.itb.ac.id/profile1/pdf/bi101/bablithosfer.pdf.
Di akses pada tanggal 5 April 2013
Sulistiawati.
2008. Lithosfer [pdf] . Tersedia di http://djunijanto.files.wordpress.com.
Di akses pada tanggal 5 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar